Malam Terakhir: Kumpulan Cerpen
“Leila bercerita tentang kejujuran, keyakinan, tekad, prinsip, dan pengorbanan…. Banyak idiom dan metafor baru di samping pandangan falsafi yang terasa baru karena pengungkapan yang baru. Sekalipun bermain dalam khayalan, lukisan – lukisannya sangat kasat mata.” — H.B. Jassin, pengantar Malam Terakhir edisi pertama “Dalam cerpen ‘Air Suci Sita’, ditulis di Jakarta 1987, Leila memulai ceritanya dengan kalimat: ‘Tiba-tiba saja malam menabraknya.’ Sebuah kalimat padat yang sugestif dan kental…. Dengan teknik bercerita yang menarik, Leila berhasil mengangkat gugatan mengapa hanya kesetiaan wanita yang dipersoalkan, bagaimana dengan kesucian para pria? (…) Sebagai awal dari perjalanan panjang Leila sebagai salah seorang penulis di masa depan, kumpulan ini penuh janji.” — Putu Wijaya, Tempo, Februari 1990
RM35.00
Out of stock
Description
“Leila bercerita tentang kejujuran, keyakinan, tekad, prinsip, dan pengorbanan…. Banyak idiom dan metafor baru di samping pandangan falsafi yang terasa baru karena pengungkapan yang baru. Sekalipun bermain dalam khayalan, lukisan – lukisannya sangat kasat mata.” — H.B. Jassin, pengantar Malam Terakhir edisi pertama “Dalam cerpen ‘Air Suci Sita’, ditulis di Jakarta 1987, Leila memulai ceritanya dengan kalimat: ‘Tiba-tiba saja malam menabraknya.’ Sebuah kalimat padat yang sugestif dan kental…. Dengan teknik bercerita yang menarik, Leila berhasil mengangkat gugatan mengapa hanya kesetiaan wanita yang dipersoalkan, bagaimana dengan kesucian para pria? (…) Sebagai awal dari perjalanan panjang Leila sebagai salah seorang penulis di masa depan, kumpulan ini penuh janji.” — Putu Wijaya, Tempo, Februari 1990
Publisher: Kepustakaan Popular Gramedia
Paperback
2013
ISBN: 9789799105219